Sudah sampai dipuncaknya, aku kehilangan harapan yanga telah aku pupuk. Semua yang aku harapkan hari ini melangkah pergi, menjauh dari kehidupanku. Memang salahku yang tak bisa begitu dekat dengan orang itu yang menyebabkan harapan yang ada itu menjadi sia-sia. Aku memang manusia bodoh, harapanku sia-sia. Padahal aku yang mempunyai perasaan tulus padamu bukan dia tapi kenapa dia yang dipilih takdir untuk bersamamu. Kenapa? apa salahku sehingga begitu berat rasanya saat sebongkah kenyataan jatuh tepat ditubuhku. Bagaikan ditusuk ribuan jarum.
Aku kecewa, kecewa sekali pada sahabatku. Kenapa harus dia yang lagi-lagi merebut kebahagian yang aku inginkan, selalu begitu. Tak pantaskah aku bahagia hingga kenyataan hidupku harus seperti ini. Dia sama sekali tak pernah merasakan jadinya seperti aku, hingga ia dengan begitu kejam mengahancurkan segala harapku.
Dia tak pernah tahu apa yang aku rasa, dia meninggalkanku di saat-saat aku sangat membutuhkannya. Saat dimana aku benar-benar berada di tempat terbawah dalam hidupku. Bukan mauku seperti ini, andai kau tahu. Tapi apa? kamu sama sekali bukan sahabat sejatiku, kamu lebih memilih bersamanya dibandingkan aku, yang saat itu kamu tahu kalau aku benar-benar down. Dan sekali lagi kamu meninggalkanku dalam keterpurukkan ini. Apa aku juga melakukan hal yang sama pada saat-saat kamu membutuhkanku? tidak, aku selalu ada, aku yang selalu menjadi tempat sampah untuk semua curhatanmu, aku yang selalu memberikanmu solusi. Tapi sekarang apa? kamu lebih mementingkan dirimu sendiri, kamu lebih memilih dia dibandingkan aku. Andai aku bisa aku akan meneriakkan didepanmu KAMU BUKAN SAHABATKU LAGI. Tapi aku tak bisa, karena aku begitu menyayangimu, walau itu tak hanya perasaan sepihak yang aku punya. Aku sudah mengorbankan perasaanku untukmu, tapi kamu tidak. Menjaga hatiku saja kamu tidak bisa bagaimana kamu menghargai perasaan yang aku punya. Seandainya kamu tahu kalau aku juga mencintai orang yang sama, walau akhirnya kamu yang akan dipilih. Pastinya kamu akan menginjak-injak perasaan yang aku punya kan sahabatku?
Dan untuk temanku, aku juga tak menyangka ternyata begitu sifatmu. Sifat yang aku kira tak pernah ada dalam dirimu. Bukankah kamu bercerita padaku tentang masalahmu dan aku memberikan solusi bagimu, tapi kini saat aku mempunyai masalah jangankan memberikan solusi menghargai aku saja tidak. Sangat salah aku memilih jalan ini dulu. Aku melakukan jalan itu karena kau tak ingin kamu tertekan dengan keadaan yang ada. Tapi rasanya percuma jika aku mengharap hal yang sama yang kamu lakukan padaku.