Kenapa kamu tak pernah ada,
disaat dulu aku butuh kamu?
Tapi kamu selalu ada,
disaat aku tak ingin melihatmu?
.
.
.
Dia bilang di dalam situ ada kamu
Dia bilang aku lebih baik menghindar saja
Tapi aku tetap menggenggam gagang pintu itu
Bukannya aku tak mau, tapi aku tak bisa menahan lagi
.
Lalu aku melihatmu, tertidur di salah satu ranjang
Tunggu, kamu tak tertidur di ranjang itu
Matamu terbuka, menatapku, sadar bahwa aku butuh ranjang itu
Membuatku semakin mual, dan kepalaku makin pening rasanya
.
Tapi kamu tetap bersandar di ranjang itu dalam diam
Tanpa kata memaksaku untuk naik ke atas ranjang di sampingmu
Terpisah jarah satu meter, bukan masalah bagimu
Tapi bagiku, rasanya seperti bencana
.
Berbulan-bulan aku berusaha menjauhimu
Tapi kamu terus muncul di depan mataku
Dimana kamu saat aku ingin perhatianmu?
Tak pernah ada, tak kunjung datang
.
Ruangan sempit itu rasanya beku
Sunyi, sepi, tak ada kata yang terucap
Ironis rasanya, mengingat bagaimana keadaan kita dulu
Tidak, tidak sekaku ini
.
Bertahun-tahun aku hidup disampingmu
Tapi kini rasanya aku tak kenal siapa kamu
Kemanakah hubungan kita yang dulu?
Dan kata-kata manis yang tiap malam kau ucapkan padaku
.
Aku berbalik badan dan berusaha tertidur
Tapi tidak bisa, yang mampir diotakku hanyalah kamu
Dan tatapan matamu yang membara
Membakar punggungku hingga terasa panas
.
Kenapa kamu harus ada disini?
Saat wajahku terlihat pucat dan badanku panas-dingin
Kenapa kamu hanya diam disitu?
Bukannya menyapaku dan berbasa-basi seperti dulu
.
Aku memejamkan matamu, memfokuskan telingaku pada suara napasmu
Membayangkan dirimu, sedang tertidur di ranjang itu
Dadamu bergerak naik dan turun dalam irama yang harmonis
Lambat-lambat, dengan tenang dan halus
.
Lalu aku dengar ranjang itu berdecit
Dan suara sepasang telapak kaki menghantam lantai putih itu
Setelah itu bunyi sepatu yang menghentak-hentak
Hingga akhirnya, kudengar pintu yang terbanting
.
Kubuka mataku dan aku berguling untuk melihat ranjangmu
Kosong, kamu meninggalkanku lagi
Dadaku mulai terasa penuh dan sesak
Dan airmataku dengan bebas mengalir di pipiku
.
Penyesalan memang datang terlambat
.
Aku hanya bisa berharap aku dapat memutar waktu
.
Ke sepuluh menit yang lalu
Lalu ucapkan, "Aku merindukanmu."
.
Ke satu bulan yang lalu
Lalu ucapkan, "Aku masih mencintaimu, kembalilah padaku."
.
Ke empat bulan yang lalu
Lalu ucapkan, "Maafkan aku."
.
Ke enam bulan yang lalu
Lalu ucapkan, "Bukan maksudku untuk menyakitimu."
.
Ke tujuh bulan yang lalu
Lalu ucapkan, "Maaf, aku mencintaimu."
.
Ke delapan bulan yang lalu
Lalu ucapkan, "Terima kasih, aku menyayangimu."
.
Ke sepuluh bulan yang lalu
Lalu ucapkan, "Jangan pernah tinggalkan aku lagi."
.
Ke dua belas bulan yang lalu
Lalu ucapkan, "Berjanjilah kamu tak akan meninggalkanku."
.
Ke tiga belas bulan yang lalu
Lalu ucapkan, "Aku menyayangimu, mencintaimu, kini dan selamanya."
.
Aku (masih) mencintaimu
Aku harap kamu tahu itu
.
.
.
.
.
.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar